Cermin tanpa melihat sendiri noda itu, bagaimana kita tergerak menghilangkannya?

Sabtu, 26 Desember 2009

Cermin
tanpa melihat sendiri noda itu, bagaimana kita tergerak menghilangkannya?
oleh Riyu Al-Hikmah

Kalau kita ingin melihat wajah kita sendiri, biasanya kita berdiri dengan kaca ajaib yang lazim disebut cermin. Dari cermin itu kita bisa melihat dengan jelas apa sja yang ada di wajah kita, baik yang menyenangkan atau yang tidak, bahkan mungkin yang membuat kita malu.

Dengan cermin kita mematut-matut diri. Hampir setiap kamar dalam asrama kita selallu memiliki cermin, karena hampir semua orang ingin dirinya patut. Tanpa bercermin kita tidak bisa melihat sendiri noda yang ada pada diri kita. Dan tanpa melihat sendiri noda itu, bagaimana kita tergerak menghilangkannya?.

Seperti kita ketahui, melihat orang lain lebih mudah dan jelas ketimbang melihat diri sendiri. Marilah kita lihat orang lain, kita lihat aib-aib dan kekurangan-kekurangannya, lalu kita rasakan respon diri kita sendiri terhadap aib-aib dan kekurangan orang lain itu.

Mengapa perlu dibuat peraturan?

Teman-teman, mengapa dibuat peraturan yang sedemikian rupa sehingga … dan membuat kita merasa terjepit dan terjebak dalam lingkungan pondok yang kadang kita pun tidak mau mengakuinya bahwa kita hidup di kost Wahid hasyim.

Peraturan itu dibuat untuk kita sendiri, untuk kepentingan sendiri, untuk kebaikan kita sendiri. Masuk zona Weha berarti harus memenuhi aturannya tanpa terkecuali, pun dengan resiko dan konsekuensi yang sudah kita pilih. Apapun itu.


“Pernahkah terpikirkan jika peraturan semakin ketat, berarti di mata kereka perilaku kita masih kurang baik dan kurang memenuhi syarat sebagai mar’ah al-jamilah”.



Kita kadang merasa jengkel, muak, atau tidak suka dengan peraturan-peraturan tetek-bengek tersebut. Apa pun alasannya. Seolah-olah kita ingin menghujat mereka (si pembuat peraturan), karena mereka adalah teman-teman kita.

Kemudian marilah kita andaikan kawan-kawan kita itu dan kita adalah mereka. Apakah kira-kira mereka juga jengkel, muak, atau minimal tidak suka melihat peraturan yang dibuat kita? Kalau jawabnnya tidak, pastilah salah satu dari kita atau mereka yang tidak normal.

Cobalah kita berkaca sejenak

Pernahkah terpikirkan jika peraturan semakin ketat, berarti di mata kereka perilaku kita masih kurang baik dan kurang memenuhi syarat sebagai mar’ah al-jamilah. Marilah kita bercermin untuk mempercantik diri kita baik dari yang terlihat maupun yang tidak bisa kita lihat, tetapi bisa terlihat oleh orang lain.,[]

0 komentar:

Posting Komentar