Ada Cinta di Idul Adha Di sana kepatuhan, ketulusan, dan keikhlasan.

Sabtu, 26 Desember 2009

Ada Cinta di Idul Adha
Di sana kepatuhan, ketulusan, dan keikhlasan.
oleh Asiyah Lu’lu’ul Husna.

Idul Adha adalah hari penuh kemenangan. Dalam hari yang dirayakan kaum muslimin seluruh dunia itu terkandung nilai kepatuhan dan keikhlasan saat menjalankan perintah Allah SWT. Idul Adha adalah wujud keikhlasan yang tak tertandingi.

Adalah hari ketika ajaran Nabi Ibrahim AS menjadi teladan. Ia juga menjadi salah satu monument terbesar umat manusia untuk menandai betapa dalam menjalankan perintah Sang Pencipta, manusia harus ikhlas merelakan apa pun yang paling berharga dalam hidup. Termasuk melepas anak terkasih bila itu memang dikehendaki Sang Khalik. Dan ritual penyembelihan Islmail oleh sang ayah, Ibrahim, menjadi salah satu hikmah terpenting dari hakikat Idul Adha. Di sana kepatuhan, ketulusan, dan keikhlasan. Di sana ada pula spirit untk berkorban. Itulah contoh pengorbanan terbesar yang pernah dilakukan hamba Allah.

Spirit Pengorbanan Ibrahim

Spirit pengorbanan denegan bobot sekaliber Ibrahim saat menyembelih sang anak, Islmail, adalah amal langka dalam konteks kekinian. Ia menjadi sebuah kemustahilan, bahkan keajaiban. Pada era ketika individualisme meraih pencapaian tertinggi di puncak kejayaan materialisme seperti sekarang ini, spirit pengorbanan lebih bermakna ziarah kepada egosentrisme.

Kini hal-hal yang menyangkut pengorbanan telah banyak yang hilang digantikan dengan spirit mengabdi kepada motif mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Semua dilakukan dengan pamrih yang kian lama kian menjauhkan individu dari ikatan-ikatan sosial. Idul Adha mengandung spirit untuk menautkan kembali ikatan-ikatan yang telah terlepas itu. Karena itu, spirit yang terlahir sekian ratus tahun lalu itu menjadi sangat relevan hingga hari ini. Dalam konteks Indonesia, semangat ini bahkan telah menjadi sebuah urgensi. Banyak persoalan bangsa muncul akibat lemahnya spirit untuk berkorban bagi orang lain, spirit untuk berkorban bagi sesama.


“…menjadi salah satu hikmah terpenting dari hakikat Idul Adha. Di sana kepatuhan, ketulusan, dan keikhlasan. Di sana ada pula spirit untk berkorban”.



Pengorbanan Sarah

Bukan hanya soal anak, pengorbanan Sarah untuk dimadu dengan Hajar, yang mana ia adalah pembantu Ibrahim. Demi mendapatkan keturunan, Sarah rela untuk diduakan. Dan Hajar pun rela ketika ditinggal Ibrahim untuk berdakwah di padang pasir yang panasnya bukan main hanya dengan si kecil Ismail yang pada saat itu Ismail menangis menderu-deru kehausan, dan bagaimana jika kau yang jadi ibu? Pasti akan melakukan apapun untuk mendapatkan air. Sampai tujuh kali Hajar berlari-lari di terik siang yang membakar pada Shafa lalu kembali ke Marwa, begitu seterusnya padahal jarak diantaranya jauh sekali. Hingga dengan gesekan - gesekan kaki kecil Ismail, menyemburlah air yang kita kenal dengan zam-zam.

Allah mencintai Ibrahim. Ibrahim sangat mencintai keluarganya. Di ujilah oleh Allah, mana yang lebih kau cintai? AKU atau mereka? Maka terjawablah semmua itu pada peristiwa ini. Isul Adha.

Kiranya spirit pengorbanan yang dilakukan oleh keluarga Ibrahim sangat bisa dijadikan contoh, untuk belajar tentang pengabdian dan keikhlasan, bahwa sandaran segala amal baik tidak lain hanya pada Allah semata.[]

0 komentar:

Posting Komentar