Mengapa Ragu Untuk Menikah?
salah satu alasannya adalah belum adanya persiapan untuk memasuki jenjang rumah tangga?
Oleh Habib Shulton Asnawi
Menikah, seringkali menjadi ketakutan individu yang baru berusia antara usia 20-25, salah satu alasannya adalah belum adanya persiapan untuk memasuki jenjang rumah tangga terutama untuk memulai hubungan yang serius dengan lawan jenis yang telah di restui oleh pihak keluarga masing-masing, persiapan yang di maksud diantaranya adalah lebih kepada kesiapan mental dan psikologis, untuk dapat berperan sesuai tugas-tugas dalam rumah tangga.Selain itu, kurang mapannya dalam hal ekonomi juga menjadi satu alasan bagi individu untuk menunda pernikahannya.
Dua aspek ketidaksiapan tersebut sangat berpengaruh besar terhadap keputusan yang akan diambil untuk melaju ke jenjang pernikahan, ironisnya ketika individu merasa tidak siap maka kesiapan yang diharapkanpun tak kunjung muncul akibatnya pernikahanpun tidak dapat segera dilangsungkan.
Keragu-raguan seperti inilah yang merupakan tembok besar menghambat percepatan seseorang untuk menikah padahal sesungguhnya menikah itu adalah menyempurnakan sebagian dien agama. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya pemahaman terhadap hakekat dari sebuah pernikahan. Menikah dengan pasangan yang tepat justru membuat pahala yang berlipat ganda dapat kita raih, membuat hidup lebih nyaman dan rejeki akan senantiasa mengalir, hal ini di sebabkan karena hidup dengan orang yang seiman dan yang kita cintai akan memberikan energi yang berlipat ganda untuk dapat mengarungi biduk kehidupan ini dengan lebih stabil dan saling mengisi. Bila kita di hadapkan pada suatu permasalahan maka pikiran berdua akan memudahkan menyelesaikan permasalahan tersebut dibandingkan ketika kita harus berpikir sendiri.
Untuk itulah hal ini perlu dipahami secara menyeluruh untuk dapat melihat hakekat pernikahan tidak hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis semata akan tetapi lebih kepada menjaga dan meningkatkan kualitas keimanan pada sang Khalik melalui peran-peran yang kita emban setelah menikah serta menikmati hakekat hidup yang sesungguhnya.
Oleh karenanya, janganlah ragu untuk menikah......OK!
Bapak KH Jalal Suyuti SH selaku pengasuh pondok pesantren wahid hasyim didalam pengajian beliau setiap hari sabtu ba’da subuh, beliau sering menyinggung masalah ini, beliau sering mengarahkan kepada kita untuk segera menikah, maksud anjuran bapak bukan terburu-buru dalam menikah, tapi disegerakan, khususnya ustadz dan ustadzah wahid hasyim yang usianya sudah merasa cukup, segeralah menikah. sayang sekali belum ada mau dengan saya, coba kalau ada……… he..he..he...promosi dikit tidak apa-apakan. Didalam pengajian bapak setiap sabtu pagi bapak menyarankan kepada ustadz dan ustadzah untuk segera memikirkan masalah ini, jangan sampai menikah dengan usia terlalu tua, kasihan anak kita nanti, kata bapak.
Bapak dawuh, tidak usah takut-takut untuk mendekati calon yang kita impikan asalkan masih dalam koridor syari’at Islam, bagi ustadz maupun ustadzah maupun santriwan/ti tidak usah terlalu menutup diri…
bapak sangat bangga sekali apabila santriwan bisa mendapatkan santriwati wahid hasyim, oleh karena itu janganlah takut-takut untuk menikah. Untuk ustadz-ustadz yang ada di asrama depan koprasi belakang saya harap jangan tersinggungya... OK...he..he..he..
Di dalam buku yang berjudul Rumahku Syurgaku, Karangan Miftah Faridl, didalam bukunya tersebut menguraikan solusi-solusi praktis dalam kehidupan rumah tangga. Ia juga membahas tentang masalah-masalah pemuda sebelum menikah, menjelang pernikahan dan pasca pernikahan. Masalah masalah praktis didalam buku tersebut dijelaskan secara gamblang, bagi orang tua yang menasehati anak-anaknya.
Misalnya, ada seorang pemuda yang siap menikah tapi ekonomi belum mapan, menurut Miftah Faridl pengarang buku Rumahku Syurgaku. Memberikan solusi bahwa dalam Islam masalah materi nomor dua. Sebab, sering kita saksikan orang yang menikah mulai dari nol, bahkan ada yang mulai dari minus alaias utang dulu untuk membiayai pernikahanya. Pada zaman Nabi Saw, dulu para sahabat juga banyak yang tidak berpunya. Toh Rasulullah saw menyuruhnya menikah juga. Misalnya kepada Ali Bin Abi Thalib yang ingin menikahi Fatimah putri Nabi saw. Beliau bersabda kepada Ali,
”Berikan sesuatu (sebagai maskawin) kepadanya (fatimah) lalu Ali menjawab, tidak ada pada saya sesuatu apapun, ”Kemudian Nabi Saw berkata, ”mana dia baju besi bikinan Huthaimah?”(HR Abu Dawud dan Nasa’i)
Jadi Rasulullah tidak menunggu Ali mapan dulu, tidak menunggu Ali menjadi Khalifah dulu. Kalau menunggu Ali menajadi Khalifah dulu akan berapa lama lagi karena setelah Nabi saw digantikan oleh Abu Bakar, lalu Umar, Ustman kemudian baru Ali bukan orang yang berpunya secara materi.
Rasulullah bahkan pernah menikahkan seseorang dengan seseorang perempuan dengan maskawin satu cincin dari besi. Dalam suatu kesempatan Rasulullah saw malah mengawinkan seseorang sebagaimana sabdanya
”Egkau telah Aku nikahkan dengan dia, dengan maskawin al-Qur’an yang engkau hafal. ” (HR Bukhari Muslim)
Dari tulisan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa segeralah untuk menikah, apakah yang kita tunggu, sedangkan usia sangat cepat.
Oleh karena itu Mengapa Ragu Untuk Menikah...... Nikah ya....
Buletin Damarsantri
Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta
Jl. K.H. Wahid hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta
http://damarsantri.blogspot.com/
Link (Sambungan Kabel)
Damarsantri di Milis Yahoo! Groups
Komentar Terakhir
Download Damarsantri
Gabung di Mailing List Damarsantri
Buletin Damarsantri
Alamat Redaksi :
Sekretariat Redaksi : Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Jalan. KH. Wahid Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta 55283 Telephon (0274) 484284.
Email Redaksi : damarsantri@yahoo.com, oswah@journalist.com
Email Redaksi : damarsantri@yahoo.com, oswah@journalist.com
Mengapa Ragu Untuk Menikah?
Jumat, 28 Agustus 2009
Diposting oleh Buletin Damarsantri di 07.25
Label: Artikel, Damarsantri Edisi 10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar