Etika Berdoa (Doa Ngaji)

Senin, 24 Agustus 2009

Etika Berdoa (Doa Ngaji)


Oleh : Kang Basith Ab

Manusia adalah makhluk yang lemah, karenanya ia selalu membutuhkan Dzat yang menjadi penopang kehidupannya. Manusia berada dalam kesesatan, hingga dia mendapatkan petunjuk, lapar hingga ada yang memberinya makan, telanjang hingga ada yang memberinya pakaian dan seterusnya. Allah adalah Dzat yang menjamin semua kebutuhan itu. Oleh karenanya, kita diperintahkan untuk memohon kepada Nya dengan berdoa. (QS. Ghafir: 60).

“Doa adalah ibadah”. Begitulah sabda Nabi saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Nu’man bin Basyir (Abu Daud: as-Sunan: IV/278). Oleh karena itu, dalam berdoa dan juga dzikir harus mengikuti tuntutan syari’at karena semua ibadah harus didasarkan pada ittiba’, bukan berdasarkan hawa nafsu dan bid’ah, kecuali doa-doa yang bersifat temporal dan bukan sebagai wirid yang dijadikan amalan bagi orang banyak. (Ibnu Taimiyah: Majmu Fatawa: V/228).

Setidaknya ada dua syarat agar sebuah doa dikabulkan oleh Allah. Pertama: keikhlasan/ketulusan kepada Allah dan kedua adalah mutaba’ah rasul (mengikuti petunjuk Rasulullah saw.). Kedua hal ini juga yang menjadi sebuah amal apapun dapat diterima di sisi Allah swt. Imam Fudhail bin ‘Iyadl pernah mengatakan: “ Jika sebuah amal itu ikhlas, tapi tidak benar maka ia tak akan diterima. Sebaliknya, jika amal itu benar, tapi tidak ikhlas maka ia juga tidak akan diterima sehingga amal itu ikhlas dan benar. Ikhlas adalah apabila amal itu benar-benar ditujukan kepada Allah, bukan yang lain. Sedangkan benar adalah apabila amal itu mengikuti sunnah rasulullah. (Ibnu Abi Dunya, al-Ikhlas wan Niyat: I/20).

Al-Allamah al-Mu’allimi rahimahullah mengatakan: “ Alangkah rugi, seseorang yang meninggalkan doa-doa yang sudah ditetapkan dalam Kitabullah ataupun sunnah rasulullah. Hampir ia tidak pernah mengamalkannya dan malah berpaling kepada doa-doa yang lain dan melanggengkannya. Bukankah ini sebuah kedhaliman ?” (Abdur Razaq al-Badr, Fiqhul Ad’iyah Wal Adzkar: II/47).

Atas dasar semua itulah dan juga usulan dari seorang santri kepada pengurus, mulai 15 Desember 2008 yang lalu, Madrasah Diniyah menetapkan sebuah doa yang harus dibaca sebelum dan sesudah belajar. Tapi jika kita perhatikan, dalam doa tersebut tidak terdapat doanya. Memang, betul. Lalu ? Jangan khawatir karena dalam sebuah hadis qudsi, Allah swt berfirman: “ Siapa yang sibuk membaca al-Qur’an dan berdzikir kepada ku (hingga ia lupa untuk) meminta kepada Ku maka akan Aku berikan padanya sesuatu yang lebih yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. (Tirmidzi: as-Sunan: X/169). Jadi, amalkan saja, Allah Maha Tahu apa yang kita mau. Nuwun.


*)Semua rujukan dalam tulisan ini mengacu pada kitab-kitab yang terdapat dalam program Maktabah Syamilah Ver. 3.15 atau www.shamela.ws

0 komentar:

Posting Komentar