Masa Gadisku, Kapankah Berlalu?
Terlalu agresif memang terasa kurang pas untuk ukuran kaum hawa. Sementara terlalu pasif juga mungkin kurang menguntungkan.
Oleh: Muhammad Zuhdi
“Dan orang orang yang berdo’a: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Furqan [245]: 74)
Hubungan lelaki dan perempuan memang bagaikan dua magnet yang ketemu, sama-sama tertarik karena memang saling menarik. Ketika seorang pria bertemu, bahkan sekadar membayangkan ketemu dengan seorang wanita serasa ada warna bahagia. Lebih-lebih bila wanita itu menarik hatinya. Demikian pula yang terjadi pada wanita. Wanita pun tidak jarang tertarik untuk melihat lawan jenisnya.
Pandangan pertama pada lawan jenis memang sebuah anugrah yang mungkin banyak diharapkan oleh banyak pihak. Padahal dari pandangan itu akan memberikan efek rasa seperti candu. Karena itulah Allah melarang pandangan untuk kedua kali dan seterusnya.
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya... Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya...(QS. Al-Nuur: 30-31)
Pertanyaan yang munul adalah, mengapa fenomena saling memandang terhadap lawan jenis ini terasa semakin sulit dan berat untuk dikendalikan? Banyak faktor tentunya, namun yang jelas salah satu faktornya adalah keinginan lelaki untuk segera menikah sementara keberanian belum sepenuhnya ada. Sedangkan dipihak wanita, sudah merasa jenuh menanti pinangan lelaki idaman, namun belum jua ada tanda-tanda akan datang.
Wal hasil..., akhirnya hati saling berharap, mata pun saling menatap.
KALAU BISA MENUNGGU
Sebut saja Bunga, 33 tahun (maaf, kalau ada kesamaan nama dengan teman-teman santri putri, mungkin itu hanya kebetulan saja, tidak disengaja). Gadis dengan tingkat pendidikan sarjana ini, terlihat setengah menyerah. Sekian lama ia menunggu, belum jua ada jejaka yang berani meminangnya. Akhirnya ia berusaha menikah dengan ”guru”. Maksudnya dengan profesinya sebagai guru, untuk membuang rasa sepi dan jenuh ia menghabiskan waktunya dengan menekuni profesi gurunya.
Tidak bisa disangkal bahwa sebagian, bahkan mayoritas, kaum hawa dalam soal perjodohan lebih memilih bersikap pasif. Artinya, menunggu durian runtuh. Kalau ada pria yang melamar, ya, bersyukur, kalau tidak, maka akan terus ditunggu hingga tiba waktunya. Sembari menunggu pinangan yang tak kunjung datang mereka mencari berbagai kegiatan baik yang berkaitan dengan profesi, hobi, bakat atau sosial.
Memang tidak bisa disalahkan sikap kelompok ini. Bagaimanapun wanita memang dikarunia sifat pemalu. Yang penting mereka bisa mengisi waktu yang ”kosong” tersebut hingga tidak tergoda untuk melamun menerawang angan-angan. Dengan belum datangnya si belahan jiwa, waktu luwangnya bisa untuk melakukan kegiatan yang positif. Mengikuti taklim, menambah atau mengulang hafalan al-Qur’an, melengkapi ketrampilan seperti, menjahit, menulis, menajamkan insting membuat masakan enak dan lain sebagainya. Tidak berhenti aktifitas yang bersifat individual, para muslimah pun bisa mencoba aktifitas yang bersifat sosial, seperti mengikuti majlis taklim ibu-ibu, aktif di Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM) dan lain sebagainya.
Semoga belum datangnya jodoh untuk mereka bukan karena kelompok ini jual mahal. Terlalu pilih-pilih. Memilih dan memilah memang perlu, tapi kalau terlalu banyak krieria yang tidak terlalu prinsip justru akan membuat pria menjadi enggan mendekat. Tidak sedikit para pria yang menjadi tidak pede begitu mendengar kriteria yang disebutkan pihak wanita, sehingga membuat nyali menciut. Mapan, gaji besar, tampang keren, punya rumah, hafalan 10 juz. Kapan ada pria yang sempurna? Kalau ada sedikit yang sempurna pun mungkin lebih memilih wanita yang bernilai lebih juga.
Sebagaiman pria yang tak lepas dari kekurangan, wanita pun tidak ada yang 0% steril, orisinil dari kelemahan. Kalau memang wanita terlihat kurang cantik, mungkin sekali dia punya kecantikan hati yang tersembunyi, kecantikan yang dalam baha inggrisnya disebut dengan istilah inner biauty, sedangkan dalam bahasa Arabnya disebut dengan istilah qurrata’ayun (baca: QS. Al-Furqan [25]:74). Dan kecantikan semacam inilah yang mampu mengalahkan kecantikan para bintang, bahkanbidadari sekalipun.
Tidakkah para pria tipe ini menyadari bahwa begitu banyak muslimah yang diam-diam menuggu pinangan dengan penuh rindu? Tidakkah engkau tahu wahai para pria, bahwa sebenarnbya banyak para muslimah yang rindu untuk menikah? Tungggu apa lagi...
MENCOBA LEBIH AKTIF
Terlalu agresif memang terasa kurang pas untuk ukuran kaum hawa. Sementara terlalu pasif juga mungkin kurang menguntungkan. Bersikap moderat tentu akan lebih baik, sudah selayaknya para muslimah mencoba lebih aktif. Aktif bukan berarti mengobral diri. Maksudnya tidak berdiam diri, namun menempuh segala cara halal yang sekiranya bisa mempercepat datangnya jodoh.
Ada memang tipikal yang semaacam ini. Kelompok ini berusha aktif menggapai cita-cita indahnya mahligai. Seperti Mawar, (sekali lagi maaf, kalau ada kesamaan nama dengan teman-teman santri putri). sebut saja begitu. Seorang gadis umur 28 tahun ini tak kenal lelah berusaha aktif menemukan lelaki yang diidamkannya. Tentu tidak dengan mencari dari rumah ke rumah. Dia aktif di pengajian sehingga menambah ilmu dan wawasan. Di dalamnya juga akan didapatkan hubungan dengan sesama muslimah, Ibu-ibu (ummahat) misalnya, yang bisa lebih memberi informasi tentang perjodohan. Ke Hal. 19...
Menuggu pinangan dengan berusaha aktif terkesan lebih realistis. Selain dari cara di atas bisa pula meminta tolong adik atau kakak laki-laki. Di antara teman saudaranya tersebut, mungkin ada yang bisa ”diminta” segera menikah. Tinggal pesan kepada kakak/adik bagaimana tipe suami yang diinginkan. Kelompok muslimah yang pertama tadi juga bisa menmpuh jalan ini.
SELALU BERHARAP
Usaha, apalagi sekedar penantian, haruslah disadari tidaklah selalu berhasil. Sebagaimana ungkapan qari’ Internasional Indonesia (1981), H. Muammar ZA ketika bermussafahah dengan para muridnya, beliau mengatakan: ”Ihktiar atau usaha itu wajib hukumnya, akan tetapi hasil dari suatu ikhtiar, hasil dari suatu usaha itu tidak wajib hukumnya”. Sebagai manusia sewajarnya selalu berharap dengan setiap usahanya. Lebih penting adalah jangan sampai putus harapan. Selama dunia masih berputar dan nyawa masih dikandung badan, usaha tidak selayaknya putus ditengah jalan. Menggantungkan harapan kepada Allah sudah menjadi kewajiban setiap ,muslimah. Dengan menyandarkan segala urusan KepadaNya, disamping membuahkan nilai ibadah juga membuat hati lebih lapang dan tenang. Keyakinan kita pada takdirNya harus mampu melecut motifasi usaha dan harapan kita untuk memperkaya bentuk usaha aktif nan halal dalam menanti jodoh.
”...Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri... (QS. Al-Anfal [8]: 53).
Pesan yang tidak kalah penting adalah agar para muslimah meningkatkan kualitas diri. Selalu menimba ilmu, mengasah keterampilan, dan mengukir akhlak mulia dalam dirinya.
Percayalah, jika setiap kita mempunyai niat suci yang kuat untuk menuju kepada kesucian, Allah akan membukakan seribu jalan kemudahan. Bahkan, alam semesta dan seluruh sisinya akan mendorong kita menuju apa yang kita cita-citakan tersebut. Selama ini sudahkah niat kita suci dan kuat?
Nah, muslimah, tetaplah yakin kepada pertolongan Allah. Songsonglah anugraNya untuk segera meniggalkan masa gadsi!
Untuk para pria muslim, sudah waktunya menyempurnakan ikhtiar sembarai memantapkan tawakkal. Hilangkan rasa takut, khawatir, dan ragu-ragu. Tiba saatnya para muslimah dibantu, bukan dengan janji-janji palsu tapi dengan tindakan nyata. Keberanian pria datang meminang itulah yang ditunggu. Dan buat para wanita yang menanti pinangan, jangan sampai terbersit dibenakmu pertanyaan klise ”Masa gadsiku kapankah berlalu?”, yakinlah dan mantapkan langkah hidupmu, ”Masa gadsiku ’kan segera berlalu!” selamat datang calon suamiku![]
Link (Sambungan Kabel)
Damarsantri di Milis Yahoo! Groups
Komentar Terakhir
Download Damarsantri
Gabung di Mailing List Damarsantri
Buletin Damarsantri
Alamat Redaksi :
Sekretariat Redaksi : Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Jalan. KH. Wahid Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta 55283 Telephon (0274) 484284.
Email Redaksi : damarsantri@yahoo.com, oswah@journalist.com
Email Redaksi : damarsantri@yahoo.com, oswah@journalist.com
Masa Gadisku, Kapankah Berlalu?
Kamis, 29 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar